Posted by : Unknown
Minggu, 08 April 2018
TUJUAN INTUKSIONAL
1. Bermacam
– macam tujuan pendidikan
Setiap
negara tentu mempunyai cita-cita tentang warga negaranya akan diarahkan.
Cita-cita tersebut dimenifesikan dalam bentuk tujuan pendidikannya. Sebagai
contoh, negara sparta ingin mengarahkan warga negaranya menjadi manusia yang
sehat jasmani dan rohaninya makan tujuan pendidikan telah disejajarkan dengan
cita-cita tersebut.
Cita-cita bangsa indonesia adalah
terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Tujuan
pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut. Semua institusi
atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan disekolahnya bagi
pencapaian tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pensdidikan yang secara eksplisit tertera didalam
garis-garis besar haluan negara.
Semua aparatur pemerinah termamsuk
petugas-petugas pendidikan, harus terlebih dahulu memaham makna dari rumusan
tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan yang diselenggarakan
pada lembaga tersebut. Inilah yang disebut sebagai tujuan intruksional. Tujuan
sudah khusus diperuntukkan bagi tujuan penyelenggara sekolah/institusi ini.
Semua tujuan pendirian sekolah harus berkiblat kepada tujuan umum atau tujuan
pendidikan nasional yang telah disebut.
Dengan demikian maka tujuan pendidkn
nasional memiliki fungsi sebagai frame of
reference untuk selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan intruksional. Sebagai
pendalaman berikut ini adlah kutipan rumusan tujuan umum tersebut:
“Pengembangan dibidang pendidikan
didsarkan atas falsafah negera pencasila dan diarahkan untuk membentuk
manusia-manusia pembangunan yang ber-pancasila dan untuk membentuk manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tanggung rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya mencintai sexama
manusia sesuai dengan ketentuan termaktub dalam UUD 1945.”
Kegiatan-kegiatan yang muncul dalam pola
kesamaan pendidikan, didsarkan pada rumusan tujuan pendidikan nasional ini.
Sedangkan materinya perlu diisi dari hasil studi empiris tentang
harapan-harapan masyarakat mengenai kemampuan pengetahuan dan sikap yang harus
dimiliki oleh para lulusan.
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari
penjabaran tujuan umum menjadi tujua institusional, adalah perumusan lain telah
disiapkan oleh para ahli bidang studi, sebagai penanggung jawab program
kurikuler.
Untuk dapat memenuhi harapan dicapainya
peguasaan terhadap program kurikuler ini, dirumuskanlah suaru tujuan yang
disebut tujuan kurikuler. Tujuan
kurikuler adlah tujuan yang dirumuskan untuk masing-masing bidang studi.
Sebegitu jauh pembicara tentang tujuan ini, apabila digambarkan dalam bentuk
skema akan terlihat seperti berikut ini.
Tujuan
Umum Pendidikan Nasional
|
Pend. Agama
|
Pend. Moral
Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
Pend. Agama
|
Pend. Moral
Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
Pend. Agama
|
Pend. Moral
Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
Pend. Agama
|
Pend. Moral
Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
TI
TI
TI
TI
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur.
TI= Tujuan Institional
TKur.= Tujuan kurikurer
Dari
skema tersebut akan mudah dipahami bahwa:
a. Tujuan
institional adalah tujuan dari masing-mamsing institusi atau lembaga. Misalnya:
1) Tujuan
Sekolah Dasar,
2) Tujuan
Sekolah Menengah Pertama
3) Tujuan
Sekolah Pendidikan Guru, dan sebagainya yang masing-masing sudah direncanakan
sesuai dengan lulusannya.
b. Tujusn
Kurikurer adalah tujuan dari masing-masing bidang studi. Misalnya:
1) Tujuan
Pelajaran Pendidikan Agama,
2) Tujuan
peajaran Matematika,
3) Tujuan
pelajaran Ilmu Pengetahui Sosial,
dan
sebagainya, yang akan berbeda dari satu bidang dari satu bidang studi kebidang
studi lain, dan juga dari tingkat institusi yang satu ke tingkat institusi yang
lain. Akan tetapi, antara tujuan kurikurer sesuatu institusi ada hubungan
dengan tujuan kurikuler institusi yang lain.
c. Tiap-tiap
tujuan, baik institusional maupun tujuan kurikurer selalu merupakan sumbangan
bagi tercapainya tujuan umum, yakni tujuan pendidikan nasional.
2.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL (Instructional Objectives)
Materi
sesuatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari
terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses
atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi
belajar-mengajar atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahua, kemampuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Ada 2 (dua) macam tujuan
instruksional, yaitu:
a. Tujuan
Instruksional Umum (TIU),
b. Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
Didalam
merumuskan tujuan intruksional hartis diusahakan agar tampak bahwa setelah
tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi
kemampuan, intelektual, sikap/minat maupun keterampilan yang oleh Bloom dan
kawan-kawannya dikenal sebagai aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotor seperti telah diterangkan terdahulu.
Apakah tujuan intruksional itu memang perlu?
Bekerja
tanpa diketahui arahnya sama halnya dengan berlayar tanpa diketahui mau ke
pulau mana kapal akan dilarikan. Kapal itu akan berputar-putar saja di tengah
lautan luas, kadang-kadang menghadap ke barat, kadang-kadang menghadap ke timur dan sebagainya dan akhirnya tidak
diketahui apa hasil yang telah dilakukan. Demikian pula halnya dengan mengajar.
Guru yang tidak mengetahui apa tujuan mengajarnya, tidak akan jelas setiap
kegiatan yang dilakukan.
Demikian
ada kecenderungan bagi guru untuk menentukan tujuan pelajarannya pada masalah
penyelesaian bahan. Dalam satu jam mengajar guru telah menargetkan berapa bab
atau berapa bagian bahan akan diselesaikan dalam jam
pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan terpaku pada bahan, dan
apabila dilihat waktunya hampir habis, ia menerangkan dengan cepat agar target
yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan apakah siswanya dapat
memahami pelajarannya atau tidak.
Dalam
pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru
dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak
kebutuhan siswa. Oleh karena pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksinonal.
Dengan tujuan instruksional:
a. Guru
mempunyai arah untuk:
1) Memilih
bahan pelajaran,
2) Memilih
prosedur (metode) mengajar,
b. Siswa
mengetahui arah belajarnya
c. Setiap
guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu materi
sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap)
anatara guru.
d. Guru
mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e. Guru
sebagai pelaksanaan daan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria
untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.
3. Merumuskan Tujuan Intruksional
Telah
disebutkan bahwa tujuan instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya
sesuatu yang dapat dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran.
Jadi sebelum adanya pengajaran, siswa tidak mempunyai kemampuan untuk
mengerjakan ataupun melakukannya.
Contoh:
Sebelum
ada pengajaran, siswa belum dapat membuat tabel spesifikasi, sesudah pengajaran
diberikan siswa dapat membuat tabel spesifikasi.
Jadi dalam diri siswa terjadi
perubahan tingkah laku selama mengikuti program pengajaran, atau dengan lain
perkataan, perubahan tingkah laku itu merupakan hasil dari adanya proses
belajar mengajar. Oleh karena baik guru maupun siswa perlu menggetahui perubahan
apakah yang telah terjadi pada waktu pengajaran, maka perku adanya perumusan
yang jelas bagi tujuan instruksional itu.
Pada oelaksanaan sistem-sistem baru
misalnya sistem pengajaran dengan modul
atau sistem yang mengguanakan strategi belajar tuntas, tujuan instruksional ini
sudah diketahui oleh siswa sebelum pelajaran mulai.
Sebagaimana ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sttandar Pendidikan Nasional,
kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam ketentuan yang tertera dalam
KTSP tersebut, tujuan pendidikan tidak lagi menggunakan istilah-istilah lama
seperti Tujuan Kurikuler (TK), Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) lagi, tetapi menggunakan istilah Standar Kompetensi,
disingkat SK, Kompetensi Dasar, disiingkat KD, dan untuk istilah tujuan yang
ingin dicapai oleh guru menjadi milik
siswa dikenal dengan nama ‘indikator’. Istilah ‘indikator’berasal dari bahasa
Inggris to indicate, berarti menunjukkan.
Dalam hal ini indikator menunjukkan sesuatu sebagai bukti bahwa yang ingin
dicapai sudah dapat betul-betul dicapai. Proses dan langkah sebetulnya sama
saja dengan yang lama, tetapi hanya istilahnya saja yang berbeda. Berikut ini
disampaikan langkah-langkah untuk menentukan tujuan khusus dan dalam KTSP
disebut indikator. Yang juga digunakan dala istilah tujuan pembelajaran.
4.
Langkah-langkah yang Dilakukkan dalam Mmerumuskan Tujuuan Instruksinonal Khusus
a. Memuat
sejumlah TIU (Tujuan Instruksinoal Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarakan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU
sudah ada tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam
merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat
diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia
(intern).
b. Dan
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat diamati, terukyr, dan menujukkan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh rumusan
untuk TIU:
-
Memahami teori evalusi.
-
Mengetahui perbedaan
anatara skor dan nilai.
-
Mengerti cara mencari
validita.
-
Menghayati perlunya
penilaian yang tepat.
-
Menyadari pentingnya
mengikuti kuliiah dengan teratur.
-
Menghargai kejujuran
mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam
contoh-contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti,
menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya
masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu
dengan yang lain.
Contoh:
Memahami teori
evaluasi, apakah seseorang yang hanya dapat menuliskan rumus mmencari
relliabilitas sudah dapat dikatakan memahmi teori evalusi?
Menghargai kejujuran
mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Bagaimanakah
bukti-bukti kejujuran itu?
Lagi pula
rumusan-rumusan kata kerja itu sendiri merupakan kata-kata yang menunjukkan
adanya perubahan tingkahlaku dalam diri manusia sehingga tidak dapat dilihat.
Contoh:
Mahasiswa mengerti cara
mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu bahwa ia mengerti? Apakah
karena pada waktu diterangkandia tampak mengangguk-anggukkan kepala? Boleh jadi
dia mengangguk-anggukkan kepala hanya merupakan suatu usaha agar tidak
dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk mereaksi
kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas dasar semua
keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini
perlu diperinci lagii sehingga menjadi
jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
Rumusan
TIK yang lengkap memuat 3 (tiga) komponen,yaitu :
1) Tingkah
laku akhir ( terminal behavior).
2) Kondisi
demonstrasi ( condition of demonstration or test).
3) Standar
keberhasilan ( standar of performance).
5.Tingkah laku akhir
Tingkah
laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami
proses belajar.Di sini tingkah laku ini harus menampakkan din dalam suatu
perbuatan yang diamati dan diukur ( observable and measurable ).
Contoh
:
-
Menuliskan kalimat
perintah
-
Mengalikan pecahan
persepuluhan
-
Menggambarkan kurva
normal
-
Menyebutkan batas-batas
Daerah Istimewa Yogyakarta
-
Menerjemahkan bacaan
Inggris ke dalam bahasa Indonesia
-
Menceritakan kembali
uraian guru
-
Mendemonstrasikan cara
mengukur suhu
-
Mengutarakan
pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan
guru
-
Menjelaskan hasil
bacaan dengan kalimat sendiri,dan lain-lain lagi yang berujud kata kerja
perbuatan/operasional ( action verb ) yang dapat di amati dan di ukur.
6.Kata-kata Operasional
a. Cognitive Domain; level and corresponding action verbs
1) Pengetahuan
( knowledge )
Mendefinisikan,mendeskripsikan,mengidentifikasikan,mendaftarkan,menjodohkan,menyebutkan,menyatakan
( states ),mereprosuksi.
2) Pemahaman
( comprehension )
Mempertahankan,membedakan,menduga(estimates),menerangkan,memperluas,menyimpulkan,menggeneralisasikan,memberikan
contoh,menuliskan kembali,memperkirakan.
3) Aplikasi
Mengubah,menghitung,mendemonstrasikan,menemukan,memanipulasikan,
memodisikan,mengoperasikan,meramalkan,menyiapkan,menghasilkan, menghubungkan,menunjukkan,memecahkan,menggunakan.
4) Analisis
Memerinci,menyusun
diagram,membedakan,mengidentifikasikan,mengilustrasikan,menyimpulkan, menunjukkan,menghubungkan,memilih,memisahkan,membagi
(subdivides).
5) Sintesis
Mengategorikan,mengombinasikan,mengarang,menciptakan,membuat
desain,menjelaskan,memodifikasikan,mengorganisasikan,menyusun,membuat
rencana,mengatur
kembali,merekonstruksikan,menghubungkan,mereorganisasikan,merevisi, menuliskan
kembali,menuliskan,menceritakan.
6) Evaluasi
Menilai,membandingkan,menyimpulkan,mempertentangkan,mengkritik,
mendeskripsikan,membedakan,menerangkan,memutuskan,menafsirkan, menghubungkan,membantu(
supports).
b. Affective Domain; Learning Levels and
Corresponding Action Berbs
1) Reesiving
Menanyakan,memilih,mendeskripsikan,mengikuti,memberikan,mengidentifikasikan,menyebutkan,menunjukkan,memilih,menjawab.
2) Responding
Menjawab,membantu,mendiskusikan,menghormat,berbuat,melakukan,
membaca,memberikan,menghafal,melaporkan,memilih,menceritakan,menulis.
3) Valuing
Melengkapi,menggambarkan,membedakan,menerangkan,mengikuti,membentuk,mengudang,menggabung,mengusulkan,membaca,melaporkan,memilih,bekerja,mengambil
bagian (share),mempelajari.
4) Organization
Mengubah,mengatur,menggabungkan,membandingkan,melengkapi,mempertahankan,menerangkan,menggeneralisasikan,mengidentifikasikan,mengintegrasikan,mendofinisikan,mengorganisir,menyiapkan,menghubungkan,mensitesiskan.
5) Characterization
by value or value complex
Membedakan,menerapkan,mengusulkan,memperagakan,mempengaruhi,mendengarkan,memodifikasikan,mempertunjukkan,menanyakan,merevisi,melayani,memecahkan,menggunakan.
c.
Psyhomotor
Domain
Kata-kata
operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata
yang dapat diamati meliputi :
1) Muscular
or motor skills
Mempertontonkan
gerak,menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),melompat,menggerakan,menampilkan.
2) Manipulations
of materials or object
Mereparasi,menyusun,membersihkan,menggeser,memindahkan,membentuk.
3) Neuromuscular
coordination
Meengamati,menerapkan,menghubungkan,menggandeng,memadukan,
memasang,memotong,menarik,menggunakan.
Kata-kata yaang telah disajikan di atas
merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan tujuan instuksional
khusus bagi siswa-siswa belajar yang belajar,sehingga rumusan seutuhnya menjadi
pernyataan-pernyataan,sebagai berikut :
1) Siswa
dappat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan.
2) Siswa
dapat menunjukkan letak gunung-gunug yang ada di Jawa Tengah.
3) Siswa
dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.
7. Kondisi Demonstrasi
Kondisi
demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang
dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku
akhir,misalnya :
· Dengan
penulisan yang betul.
· Urut
dari yang paling tinggi.
· Dengan
bahasanya sendiri
Dengan
demikian maka rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi :
· Siswa
dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan
penulisan yang betul.
· Siswa
dapat menunjukkan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah,urut dari yang
paling tinggi.
· Siswa
dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya
sendiri.
Kata-kata
bercetak miring itulah yang menunjukkan standar keberhasilan.
Standar
keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat
keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi
akhir.
Tingkatan
keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase misalnya:
· Dengan
75% betul,
· Sekurang-kurangnya
5 dari 10,
· Tanpa
kesalahan
Dengan
tambahan tingkat keberhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi:
· Siswa
dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa
kesalahan.
· Siswa
dapat menyebutkan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat, urut dari yang
paling berat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang
umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja;
Setelah
kurikulum tahun 1975 berjalan beberapa tahun timbullah berbagai ketidakpuasan
di kalangan para pengembang kegiatan belajar mengajar. Dikatakan bahwa tujuan
belajar yang dimaksud terlalu bersifat behavioristik, yakni mementingkan
tingkah laku, di samping juga hanya bersifat output oriented, Ykni terlalu
mementingkan hasil.
Dengan
tekanan pada hal-hal tersebut, guru berusaha memberikan sebanyak-banyaknya
informasi, pengertian dan konsep-konsep kepada siswa. Pengembangan kegiatan
belajar-mengajar yang mengarah pada proses, belum mendapatkan perhatian
sepenuhnya.
Dengan
keluarnya kurikulum 1984, tekanan pada hasil ini agak dikurangi. Dalam
kurikulum 1984 proses belajar mengajar lebih banyak ditekankan pada bagaimana
seseorang memperoleh hasil.
Dalam
pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar
guru diharruskan memperhatikan pula keterampilan siswa dalam hal memperoleh
hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut
dengan istilah pendekatan keterampilan proses (PKP). Keterampilan-keterampilan
yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
a. Mengamati,
b. Menginterpretasikan
(menafsirkan) hasil pengamatan,
c. Meramalkan,
d. Menerapkan
konsep,
e. merencanakan penelitian,
f. Melaksanakan
penelitian, dan
g. Mengkomunikasikan
hasil penemuan.
Sesuai
dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan tujuan instruksional khusus
harus mengandung apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah
laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum
1984, tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam stu rumusan
yang menjelaskan:
a. Materi
yang dipelajari,
b. Perilaku
mengutarakan hasil, dan
c. Proses
penapaiannya.
PKP
= Pendekatan Keterampilan Proses
Contoh
rumusan TIK
Model 1. Siswa mampu melakukan eksperimen untuk selanjutnya dapat
menerangkan kepad kawan-kawan sekelasnya tentang proses osmase.
Model 2. Ssiswa dapat menjelaskan perbedaan di sebagai kata depan dan
di sebagai awalan melalui pengamatan contoh-contoh yang diberikan oleh guru.
Model 3. Siswa mampu menginterpretasikan hsil pengamatan dan
menerangkan hubungan kata-kata dalam suatu kalimat.
evaluasi pembelajaran
PRINSIP EVALUASI
Prinsip-prinsip Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu keadaan, gejala, atau kegiatan-kegiatan tertentu dengan ...